Spiga

Rumah Joglo

Rumah Bentuk Joglo
Merupakan bentuk rumah tradisional dengan ciri khas memiliki empat tiang dengan tumpangsari dan berdenah bujur sangkar. Rumah bentuk Joglo dapat dibedakan sebagai berikut :
a. Rumah Joglo Kepuhan Limasan. Rumah ini memakai uleng ganda, sunduk bandang lebih panjang dan ander agak pendek, sehingga empyak/atap brunjung lebih panjang.
b. Rumah Joglo Kepuhan Lawakan Ialah Rumah Joglo tanpa memakai geganja, atap brunjung agak tegak sehingga kelihatan tinggi.
c. Rumah Joglo Jempongan Merupakan Joglo yang memakai dua buah pengeret dengan denah bujur sangkar.
d. Rumah Joglo Pengrawit Disebut Rumah Joglo Pengrawit karena memakai lambang gantung, atap bronjong merenggang dari atap penanggap, atap emper merenggang dari atap penanggap, tiap sudut diberi tiang (saka) bentung tertancap pada sudut, tumpang lima buah, memakai singup dan geganja
e. Rumah Joglo Ceblokan Merupakan rumah yang memakai saka pendem (terdapat bagian tiang sebelah bawah terpendam). Rumah bentuk ini terkadang tidak memakai sunduk.
f. Rumah Joglo Apitan Rumah Joglo dengan empyak bronjong lebih tinggi karena pengeret lebih pendek. Bentuk rumah ini kelihatan kecil tetapi langsing.
g. Rumah Joglo Lambangsari Rumah Joglo yang memakai lambangsari, tanpa empyak emper, dengan tumpangsari lima tingkat, uleng ganda dan godegan.
h. Rumah Joglo Apitan/ Rumah Joglo Trajumas Ialah Rumah Joglo yang memakai tiga buah pengeret, tiga atau lima buah tumpang dan empat empyak (atap) emper.
i. Rumah Joglo Semar Tinandu. Rumah Joglo yang memakai dua buah pengeret dan dua buah tiang (saka) guru diantara dua buah pengeret. Biasanya dua buah tiang tadi diganti dengan tembok sambungan dari beteng kebanyakan rumah bentuk ini dipakai sebagai regol (gapura).
j. Rumah Joglo Hageng (besar). Hampir sama dengan rumah joglo pengrawit tetapi ukuran lebih rendah dan ditambah atap yang disebut peningrat dan ditambah tratak keliling.
k. Rumah Joglo Mangkurat. Pada dasarnya sama dengan Joglo Pengrawit, tetapi lebih tinggi dan cara menyambung atap penanggap dengan penitih.
l. Rumah Joglo Wantah Apitan. Rumah Joglo memakai lima buah tumpang, singup dan takir lumajang. Biasanya rumah bentuk ini kelihatan langsing.
Joglo merupakan bangunan yang paling populer, bahkan masyarakat awam sering menganggap jenis rumah tradisional ini sebagai satu-satunya bentuk rumah tradisional masyarakat Jawa. Jenis rumah tipe ini kebanyakan dimiliki oleh anggota masyarakat dengan strata sosial menengah ke atas, baik itu golongan bangsawan ataupun priyayi. Hal ini dapat dipahami, karena bentuk rumah Joglo membutuhkan bahan bangunan yang lebih banyak dan lahan yang lebih luas daripada jenis rumah yang lain. Mungkin karena faktor itu pula, muncul mitos dalam masyarakat bahwa joglo tidak pantas untuk dimiliki oleh rakyat jelata, melainkan hanya dapat dimiliki orang terpandang atau terhormat.
BAGIAN-BAGIAN RUMAH JOGLO:
a. Pendopo
Pendopo merupakan bangunan terdepan dari rumah joglo yang berfungsi sebagai tempat menerima tamu atau tempat mengadakan upacara-upacara adat. Pada umumnya pendopo selalu terbuka atau tidak diberi dinding penutup. Kalaupun memakai penutup, maka yang digunakan adalah dinding dari kayu yang mudah dibuka atau gebyok. Secara filosofis, hal ini menggambarkan adanya prinsip keterbukaan yang dianut oleh tuan rumah.
b. Sentong.
Bagian ini pada prinsipnya digunakan sebagai tempat tidur. Tetapi sebelum orang tua menikahkan anaknya, maka pintu sentong akan selalu tertutup atau terkunci. Sentong baru dibuka atau dipakai untuk tidur setelah anaknya dinikahkan. Sentong ini terbagi menjadi tiga yaitu:
1) Sentong Tengen ( Kanan )Sentong Tengen dipergunakan sebagai tempat tidur bagi anak laki-laki yang telah dinikahkan.
2) Sentong kiwo ( Kiri)Sentong ini merupakan tempat tidur bagi anak perempuan yang telah dinikahkan.
3) Sentong Tengah. Sentong Tengah disebut juga Petanen, Pasren, Pedaringan atau Krobongan. Sentong ini dianggap sakral dan digunakan untuk pemujaan. Masyarakat Jawa yang mayoritas menggantungkan hidupnya pada bidang pertanian, percaya bahwa Sentong Tengah adalah tempat bersemayamnya roh nenek moyang yakni Dewi Sri sebagai Dewi Kesuburan. Karena dianggap sakral, maka tidak sembarangan orang boleh memasukinya kecuali ada keperluan. Orang yang masuk sentong inipun harus hati-hati dan bersifat menghormati tuan rumah dalam hal ini Dewi Sri. Di sentong tengah ini diletakkan tempat tidur atau kantil lengkap dengan bantal guling, cermin dan sisir. Selain itu ada lampu minyak yang selalu menyala, baik di siang hari maupun malam hari.
c. Gandok
Gandok merupakan bangunan yang terletak di samping (pavilium). Biasanya menempel dengan bangunan bagian belakang. Arah membujur gandok melintang pada rumah belakang. Gandok berfungsi sebagai tempat penyimpanan perabot dapur, ruang makan dan terkadang berfungsi sebagai dapur.
d. Pringgitan
Pringgitan merupakan bangunan yang biasanya terletak di antara pendopo dan dalem. Bangunan ini dipakai untuk pementasan wayang/ ringgit.
e. Kuncung.
Kuncung adalah bangunan yang terletak di samping atau depan pendopo yang berfungsi sebagai tempat bersantai misalnya minum teh atau membaca koran.
f. Pawon.
Pawon merupakan bagaian dari suatu rumah joglo yang dipergunakan sebagai tempat untuk memasak.